READING REPORT: PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DASAR IPS
TERJEMAHAN: SOCIAL STUDIES IN ELEMENTARY EDUCATION (8TH EDITION)CHAPTER 3JHON JAROLIMEK
BAB 3
Pendidikan Nilai, Moral, dan Karakter
Suatu kelas anak SD telah mempelajari satu unit tentang sejarah awal Amerika Serikat. Sebagai kegiatan akhirnya siswa telah mempersiapkan serangkaian peragaan drama di depan orang tua mereka. Siswa memasuki kelas dengan berpakaian yang sesuai dengan tema serta mendramatisir asal mula bendera negara kita. Sekelompok dewan yang dipimpin oleh George Washington sedang mengadakan pertemuan dengan Betsy Ross di rumahnya. Saat ini adalah bulan Juni 1776, tepatnya satu bulan sebelum penandatanganan Deklarasi Kemerdekaan. Tempatnya berada di Philadelphia. George Washington berbicara pertama kali.
G. Washington : Ibu Ross sebentar lagi kita akan menjadi negara merdeka, kita memerlukan sebuah bendera. George Ross adalah angggota dewan kita dan paman dari suamimu. Dia mengatakan bahwa anda dapat menjahit dengan baik sehingga anda dapat membuat bendera negara baru kita.
B. Ross : Saya merasa sangat tersanjung untuk mencobanya Jendral Washington. Benar adanya kalau saya adalah seorang tukang jahit tapi saya tidak pernah membuat bendera. Apa yang ada di pikiran anda?
G. Washington : Kami telah membawa desainnya. Benderanya seharusnya mempunyai garis merah dan putih. Garisnya berjumlah 13. Masing-masing garis menunjukkan setiap negara bagian serta mempunyai 13 bintang dengan latar belakang warna biru.
B. Ross : Saya melihat bahwa bintang anda mempunyai 6 sudut, Jendral Washington. Menurut saya bintang dengan lima sudut akan terlihat lebih baik.
G. Washington : Baiklah, kerjakan yang menurut anda yang terbaik Ibu Ross. Bendera tersebut harus disetujui oleh Kongres Kontinental. Kongres tidak mau benderanya berwarna merah, putih, dan biru. Kami akan mengecek kembali dalam beberapa minggu. Selamat tinggal Ibu Ross.
B. Ross : Selamat tinggal Jenderal
Dari sudut pandang pedagogi, kegiatan drama di atas mempunyai dua nilai penting. Pertama, hal tersebut sangat memotivasi siswa. Siswa menikmati keterlibatannya dalam drama dan kontes, dan ketertarikan alami mereka akan drama dapat digunakan sebagai alat yang ampuh dalam kegiatan belajar.
Kedua, penggunaan aktivitas seperti drama untuk mempelajari situasi yang sedang dipelajari dapat benar-benar menyentuh siswa dalam mendapatkan informasi. Siswa melakukan penelitian mereka sendiri agar dapat menciptakan ulang situasi yang dipelajari seakurat mungkin melalui pementasan drama yang dramatis.
Akan tetapi di luar keampuhannya sebagai media pembelajaran, aktifitas seperti ini akan membuat kesan yang mendalam dalam perkembangan siswa yang efektif. Ketika orang dewasa diminta untuk mengingat ulang pelajaran IPS pada saat SD kebanyakan dari mereka menyebutkan pengalaman pementasan tersebut sangat efektif – pementasan Ulang tahun George Washington pada saat SD, drama tentang Peziarah pada saat Thanksgiving pertama di kelas 4 SD, atau tentang cerita kepahlawanan yang dibacakan oleh guru di depan kelas. Pengalaman seperti di atas sangatlah penting agar mereka dapat memahami nilai-nilai umum, perilaku, dan hal-hal ideal yang berguna untuk membangun karakter bangsa kita. Mereka juga akan memberikan landasan penting bagi pembangunan karakter dan moral siswa.
Penanaman nilai-nilai utama pada seseorang adalah persyaratan penting agar kehidupan sosial di masyarakat bisa stabil. Di dalam masyarakat yang mempunyai warisan kultur yang beragam, tugas mendidik siswa terhadap nilai-nilai umum dan perilaku menjadi lebih menantang dan kritis daripada mendidik siswa pada masyarakat yang mempunyai kultur homogen. Proses sosialisasi siswa agar dapat hidup pada kultur umum dimulai dari rumah dan dilanjutkan dan dikembangkan di sekolah terutama di pelajaran IPS.
BAHASA PENDIDIKAN AFEKTIF (BERKESAN)
Pendidikan Afektif (berkesan) adalah istilah umum yang menggambarkan beragamnya aktifitas sosial yang berkaitan dengan perkembangan perasaan dan emosi. Dalam sistem klasifikasi Krathwohl yang terkenal, Bloom dan Masia menjelaskan lima tingkat tujuan dalah ranah afektif: mendapatkan, bereaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi. Pendidikan afektif meliputi studi tentang seni dan kemanusiaan serta terkait dengan pengembangan sistem nilai, perilaku, dan kepercayaan terhadap perkembangan karakter dan moral.
Nilai bisa didefinisikan sebagai standar yang digunakan oleh individu dan kelompok sosial untuk menentukan nilai beberapa perilaku. Nilai adalah suatu kriteria yang dapat diterapkan dalam membuat keputusan. Nilai terkait dengan hal yang kita anggap benar dan diinginkan. Nilai menentukan kita apa yang harus dilakukan dengan keras, apa yang diinginkan, tujuan hidup apa yang bernilai, pengorbanan apa yang bernilai untuk hidup seseorang. Nilai adalah konsep abstrak dan oleh karena itu hal tersebut tidak bisa diamati secara langsung. Kita beranggapan pengaruh suatu nilai tertentu berasal dari perilaku seseorang.
Raths, Hermin, dan Simon menyarankan 7 kriteria untuk menentukan nilai yang semuanya harus ada:
1. Memilih secara bebas (hal ini berarti bahwa seorang individu tidak tertekan, dipaksa atau dipengaruhi oleh orang lain dalam menentukan pilihan. Pilihan yang dipilih karena mereka disarankan oleh guru atau orang tua atau tekanan teman adalah bukan pilihan bebas)
2. Memilih diantara beberapa alternatif (agar dapat menentukan pilihan seseorang paling tidak harus mempunyai 2 pilihan. Jika hanya ada satu pilihan dan seorang individu diwajibkan untuk berpartispasi dalam kegiatan maka tidak ada pilihan)
3. Memilih setelah mempertimbangkan beberapa konsekuensi (Persyaratan ini menentukan keputusan yang dibuat pada saat diinginkan atau pada saat mendesak menjadikan pilihan tersebut tidak menunjukkan nilai seseorang. Keputusan yang dibuat berdasarkan nilai dicapai dengan pemahaman penuh atas konsekuensi yang mungkin mereka sudah tentukan sebelumnya
4. Pemberian hadiah dan harapan (Hal ini berarti bahwa orang tersebut senang dengan pilihannya)
5. Memastikan (Karena seorang individu senang denga pilihannya. Kepastiannya dibuat secara bebas dan terbuka)
6. Melakukan pilihan (Hal ini berkaitan dengan kepercayaan kuno bahwa suatu aksi terdengar lebih keras daripada suara. Orang melakukan sesuai dengan nilai mereka)
7. Mengulang (Ketika tingkah laku berdasarkan pada nilai, hal tersebut berlaku konsisten dan seorang individu akan mengulanginya. Tingkah laku seperti itu bisa diprediksi. Contohnya jika seseorang menyukai membaca maka dia akan membaca tidak hanya satu buku akan tetapi membaca banyak buku sepanjang hidupnya)
Dalam hal kehidupan sosial yang teratur sangatlah penting bagi kebanyakan anggota masyarakat memegang nilai inti tersebut dimana ada kesepakatan umum dan akan memandu kehidupan mereka. Sangat penting untuk dicatat bahwa ada perbedaan antara mengetahui isi nilai sosial dan memandu hidup seseorang agar sesuai dengan nilai tersebut. Istilah kepercayaan seringkali muncul dalam literatur pendidikan afektif. Kepercayaan dapat didefinisikan sebagai komitmen terhadap nilai tertentu. Ada suatu hubungan langsung antara sistem kepercayaan seseorang dan komitmen seseorang terhadap nilai tertentu.
Perilaku adalah suatu kehendak atau kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu. Untuk mengatakan bahwa seseorang itu mempunyai „perilaku prasangka“ adalah sesuatu yang berlebihan karena prasangka tersebut bisa mempunyai nilai konotasi yang positif atau negatif. Oleh karena itu jika program pendidikan ditujukan untuk mengurangi prasangka rasis dalam masyarakat, maka program tersebut harus berkaitan dengan perubahan perilaku individu yang mempelajarinya. Hal ini berarti bahwa program seperti itu harus berkaitan secara mendasar dengan merubah nilai dan kepercayaan individu terkait dengan beragam kelompok rasial.
Perkembangan moral harus dilakukan dengan mendidik siswa dengan bentuk pelaksanaan yang diinginkan oleh masyarakat. Jika kita membahas tentang seseorang yang mempunyai dilema moral, maka kita akan mengacu pada situasi dimana orang tersebut dipaksa untuk memilih diantara 2 alternatif, mungkin diantara keduanya adalah pilihan yang benar dan yang lain mempunyai konsekuensi yang tidak menyenangkan.
Contohnya, seseorang dihadapkan pada suatu kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang bagus di anjungan minyak Atlantik Utara. Sebagai ayah 4 orang anak dia bekerja sebagai pegawai yang menjemukan di Texas Barat selama tiga tahun terakhir dan dia mempunyai banyak hutang. Dia sangat menginginkan uang yang bisa dihasilkan di Atlantik utara akan tetapi jika dia mengambil pekerjaan tersebut maka dia harus menyetujui kontrak selama 2 tahun. Dia sangat mencintai keluarganya dan berpisah selama 2 tahun akan sangat berat bagi dia, anak-anaknya, serta istrinya. Apakah seharusnya dia mengambil pekerjaan tersebut? Konflik nilai-nilai personal dalam dirinya harus bisa dipecahkan jika dia ingin membuat keputusan terbaik.
Istilah karakter adalah konsep ringkasan yang mengacu pada reputasi seseorang yang mempunyai nilai dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat dan seseorang yang mempunyai kekuatan moral untuk hidup sesuai dengan nilai dan kepercayaan tersebut. Pendidikan karakter telah menjadi tujuan pendidikan sekolah umum abad ini, kebanyakan gagal dalam bidang IPS.
Program ini menampilkan sebuah usaha positif untuk mempromosikan ciri dan kebaikan moral tertentu seperti kejujuran, disiplin diri, mempertimbangkan orang lain, dan kepercayaan.
Usaha sebelumnya menggunakan metode instruksi langsung terfokus pada ciri karakter tertentu dan menggunakan sumberdaya instruksional yang membawa pesan moral yang kuat. Usaha-usaha saat ini adalah dengan menekankan pada strategi pembelajaran tidak langsung dengan instruksi moral yang halus dan etis.
Pada umumnya program pendidikan karakter tidak mendapatkan dukungan dari komunitas intelektual ilmu sosial dikarenakan pada sejarahnya usaha ini bergantung pada indoktrinisasi, peringatan, dan cerita dengan pesan moral yang kuat agar bisa dipahami oleh yang mempelajari.
PENDIDIKAN NILAI
Pendidikan nilai memperhatikan nilai umum dan nilai personal. Nilai seperti kemerdekaan, keadilan, kesamaan, kejujuran, mempertimbangkan orang lain, individualisme, harga diri manusia, tanggungjawab, dan kejujuran adalah beberapa contoh nilai umum yang ada pada konsensus. Hal ini tidak berarti setiap orang mempunyai nilai yang sama atau mengiterpretasikan nilai tersebut dengan cara yang sama. Namun ada kesepakatan umum bahwa nilai-nilai tersebut menggambarkan orientasi dasar dari sebuah masyarakat. Nilai-nilai tersebut adalah bagian dari warisan politik dan religius. Mereka menyatu dalam dokumen sejarah besar dan sistem peradilan serta hukum kita. Nilai-nilai tersebut bisa ditemukan pada cerita rakyat serta karya sastra kita. Seorang individu yang menjalankan nilai-nilai umum yang patut dicontoh bisa disebut pahlawan nasional.
Rencana Pembelajaran pada halaman 59 berkaitan dengan nilai-nilai simbolis yang memberikan contoh pelajaran berdasarkan pada nilai-nilai umum. Nilai-nilai umum dipromosikan melalui pelajaran IPS dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Kehidupan sehari-hari dalam kelas yang menekankan mempertimbangkan orang lain, kemerdekaan, dan kesetaraan, kemandirian pemikiran, tanggungjawab aksi seorang individual, dan harga diri.
2. Pelajaran sejarah dan perkembangan negara yang menekankan hal-hal ideal yang menginspirasi dan menunjukkan bahwa usaha yang berkelanjutan diperlukan untuk menggerakkan realita agar mendekati hal-hal ideal.
3. Mempelajari biografi seseorang yang hidupnya menggambarkan nilai-nilai umum sebuah bangsa.
4. Mempelajari hukum dan sistem peradilan.
5. Perayaan hari-hari besar yang menguatkan nilai dan hal-hal ideal yang terkait dengan hari tersebut.
6. Analisa mendalam tentang arti pernyataan seprti Sumpah Kesetaan, Pembukaan Konstitusi, dan Rancangan Undang-undang.
7. Membangun kesadaran atas situasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diakui masyarakat.
8. Mempelajari lintas kultur untuk menggambarkan perbedaan nilai dari satu masyarakat terhadap masyarakat lain.
Ketika berpindah dari nilai-nilai umum ke nilai-nilai personal, peran IPS akan menjadi sangat berbeda dan pada beberapa tingkatan menjadi kurang jelas. Nilai personal adalah nilai yang mempengaruhi seseorang untuk mengambilan keputusan dikehidupannya. Pada beberapa tingkatan nilai tersebut menggambarkan interpretasi seseorang akan nilai-nilai umum, hal tersebut adalah menjalankan nilai-nilai umum dalam kehidupan pribadi seseorang.
Sangat jelas terlihat bahwa program IPS tidak dapat mempromosikan nilai-nilai personal secara dengan mempromosikan nilai-nilai umum. Apa yang bisa dilakukan IPS untuk membantu anak-anak berfikir pilihan yang mereka buat dalam kerangka nilai-nilai. Hal ini seringkali mengacu pada buku-buku saat ini yang mengklarifikasikan nilai-nilai atau proses menilai.
Raths, Harmin, dan Simon menyarankan seorang dewasa mau membantu anak-anak dalam proses menilai, mereka seharusnya:
1. Mendorong anak-anak untuk membuat lebih banyak pilihan secara bebas.
2. Membantu mereka menemukan alternatif ketika berhadapan dengan pilihan.
3. Membantu anak-anak menilai alternatif secara mendalam, menunjukkan konsekuensinya.
4. Mendorong anak-anak mempertimbangkan apakah hal tersebut hadiah atau penghargaan
5. Memberikan mereka kesempatan untuk memastikan pilihan
6. Mendorong mereka untuk melakukan, bertingkah laku, dan hidup sesuai dengan pilihan mereka.
7. Membantu mereka waspada terhadap perilaku dan pola yang berulang dikehidupannya
Hampir semua subyek, topik, situasi, atau gambar dapat digunakan untuk mengeksplorasi nilai. Pertanyaan-pertanyaan berikut disarankan untuk mendapatkan respon nilai sebagai bahan diskusi:
1. Jika kamu mengembalikan dompet seseorang, apakah kamu berhak mendapatkan hadiah?
2. Apakah kamu fikir kamu menyukai pekerjaan tersebut?
3. Apakah kamu menyukai tinggal ditempat seperti itu?
4. Jika kamu mememenangkan hadiah 100 dolar apa yang akan kamu lakukan?
5. Apa yang kamu rasakan ketika membaca paragraf tersebut?
6. Jika kamu berkesempatan untuk mengubah masyarakat ini menjadi lebih baik apa yang akan kamu laukan?
7. Jika kepala sekolah membebaskan semua orang siang ini dan kamu bisa melakukan apa saja apa yang akan kamu lakukan?
8. Tiga hal penting apa yang dimiliki Presiden Amerika?
9. Dapatkah kamu menyebutkan 3 keputusan yang harus kamu ambil? Bagaimana menurut pendapat kamu tentang keputusan tersebut?
10. Bisakan kamu fikirkan seseorang yang sangat kamu kagumi? Kenapa kamu mengagumi orang tersebut?
Rencana Pembelajaran 1
Topic : Pesan simbolis
Kelas : Enam
Waktu : 1 periode kelas
Tujuan : Anak-anak mendapatkan informasi khusus tentang suatu negara berdasarkan simbol yang bertempat di koin. Anak-anak akan menghubungkan simbol tersebut dengan nilai-nilai dasar negara tersebut.
Sumber : Paling tidak satu anak satu koin, jika memungkinkan koin dari negara-negara yang berbeda.
Pengembangan Pelajaran :
Guru : anak-anak pada beberapa hari terakhir ini kita telah mempelajari penggunaan tanda dan simbol. Pada bagian akhir diskusi kita kemarin kita menyimpulkan hal yang sangat penting. Apakah itu?
Siswa : Kita mengatakan bahwa kita bisa memberitahu ke banyak orang hal penting apa yang dapat mereka perhatikan dengan menggunakan tanda dan simbol yang mereka gunakan didalam gedung.
Guru : Bagus, sekarang kita akan mengadakan tes tentang ide tersebut dengan cara yang sedikit berbeda. Masing-masing dari kalian akan diberi koin yang berbeda. Pelajari koin tersebut dan kemudian ceritakan sebanyak mungkin tentang negara tersebut.
Koin didistribusikan keseluruh kelas. Setelah mereka mengobservasi tanyakan apa yang bisa mereka simpulkan. Pada saat mereka menyajikan hasilnya tulislah dipapan tulis. Setelah itu berikan koin tersebut ke anak yang lain untuk memeriksanya. Hal-hal berikut ini mungkin melandasi diskusi:
Orang-orang ini mempercayai Tuhan
Mereka percaya pada kemerdekaan
Mereka bisa membaca bahasa mereka sendiri
Laki-laki lebih penting di negeri ini daripada wanita
Mereka membangun gedung-gedung besar
Ini adalah negara yang sangat tua
Mereka mempunyai ratu (atau raja)
Mereka adalah orang-orang yang cita damai
Mereka bangga akan peperangan dan pahlawannya
Mereka ingin orang-orang berani
Tindak lanjut : Bayangkan Amerika berencana untuk membuat uang koin baru dan ada kontes untuk mencari desain terbaik. Kamu memutuskan untuk mengikuti kontes tersebut. Peraturannya sebagai berikut:
1. Tuliskan 2 ide yang bisa menjelaskan sesuatu yang sangat penting bagi orang-orang dinegara kamu.
2. Fikir dan gambarlah simbol yang bisa digunakan di koin untuk menunjukkan kedua hal penting tersebut.
PENDIDIKAN MORAL DAN KARAKTER
Tujuan pendidikan harus berkaitan dengan pendidikan moral dan karakter yang menjadi komponen penting pada jasa pendidikan bahkan sebelum pendirian republik ini. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut banyak dilakukan pada sekolah-sekolah umum di abad 19 dan awal abad 20. Sekolah-sekolah Amerika tidak terlalu memperhatikan hal ini. Edward A. Wynne mengacu pada sebuah praktek „Tradisi Besar“ dan menyatakan bahwa „Penyebaran nilai moral menjadi perhatian dominan pendidikan dari seluruh kultur sepanjang sejarah ini“.
Sekolah-sekolah umum di negara ini menjadi sekolah sekuler dan bukannya menjadi sekolah religius. Konsekuensi dari hal tersebut adalah sumber moral harus segera ditemukan di organisasi sosial sebagai tatan sosial, keadilan, dan konsep kontrak sosial. Sebagai hasilnya pendekatan pendidikan karakter dan moral harus terfokus pada kebajikan dan ciri karakter yang dikembangkan. Secara historis, pesan moral diyakinkan kepada anak-anak melalui instruksi langsung dengan menggunakan cerita atau studi kasus untuk menggambarkan kerasnya konsekuensi pelanggaran kode moral. Walaupun presentasi tersebut dibuat dalam kontek sekuler namun secara jelas terlihat apa yang diberikan kepada anak-anak adalah kode kebajikan dan etika umat Kristen.
Metode pendidikan karakter dan moral ini diungkapkan pada penelitian yang dilakukan pada tahun 1928 dan 1930 oleh Hartshorne dan May yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku berjudul „Studies in Deceit“. Studi tersebut menyatakan bahwa pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah hanya mempunyai sedikit efek pada perilaku moral seseorang seperti pada hasil tes pengukuran kejujuran, layanan, kontrol diri dan sifat mementingkan orang lain. Hasil temuan ini menuju kepada kesimpulan bahwa situasi yang berkonfrontasi dengan seseorang membuat perbedaan pada pilihan moral yang dia buat. Dengan publikasi studi ini terjadi kekosongan pendidikan karakter dan moral selama 30 tahun di sekolah umum.
Pendekatan Langsung Dan Tidak Langsung Terhadap Pendidikan Moral.
Penyebaran pengetahuan dan kemampuan pada umumnya menggunakan metode instruksi secara langsung. Materi yang diajarkan telah dikenali, tujuan yang sesuai telah ditentukan, dan instruksi dilakukan secara tahap demi tahap agar tujuannya tercapai. Karena prosedur ini dapat bekerja dengan baik dalam pengajaran pengetahuan yang terkait dengan kemampuan, maka kita menganggap bahwa keduanya dapat bekerja dengan baik untuk pendidikan karakter dan moral. Pada pendidikan karakter dan moral kita tidak hanya peduli bahwa seseorang mengetahui nilai sosial dan dapat menjalankannya secara intelektual. Namun kami secara mendasar juga peduli bahwa seseorang bisa menggambarkan nilai-nilai sosial tersebut. Dan yang harus diketahui oleh seluruh guru dan pemuka agama bahwa ada 2 dunia yang berbeda. Semisal salah satu mengetahui bagaimana harus berlaku dan bertingkah laku, maka hal yang lain tidak perlu berlaku mirip. Seluruh agama mengakui kepercayaannya untuk tidak membunuh, mencuri, berbohong, dan curang namun ada saja seseorang yang tetap membunuh, mencuri, berbohong, dan curang. Orang-orang yang ada pada tulisan William V Shannon walaupun mereka telah diberi informasi mengenai nilai-nilai sosial namun orang-orang tersebut tidak menggambarkan karakter atau perilaku moralnya.
Karena pengetahuan tidak perlu menuju perilaku moral dan etika, maka pengetahuan tidak perlu mengikuti intruksi langsung etika, nilai-nilai, dan moral. Hal tersebut berarti bahwa instruksi langsung terbatas pada keefektifannya dalam merubah perilaku. Pendidikan karakter dan pengembangan moral adalah suatu proses komplek yang harus memasukkan kesempatan-kesempatan untuk bereksperimen atas apa yang diajarkan. Kadang-kadang seseorang harus berperilaku seperti yang diharapkan dan dia harus mau mematuhi baik ada yang mengawasi atau tidak; dia juga harus merasa tidak nyaman ketika seseorang berlaku tidak sesuai dengan nilai-nilai; ketika dia harus mempunyai kesadaran yang akan menuntun perilaku kita.
Beragam pengalaman belajar sangat diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai yang menuju kepada peningkatan perilaku moral dan etika yang berupa instruksi tidak langsung. Hal ini mengacu pada rekayasa lingkungan agar mendapatkan perilaku yang diinginkan. Ada sebuah kata-kata bijak „nilai-nilai ditangkap daripada diajarkan“ dan „aksi berbicara lebih keras dari kata-kata“. Daripada kita menggantungkan pada instruksi dan aturan lisan, strategi tidak langsung dilakukan dengan memberi contoh, penekanan, model, peningkatkan, menirukan, identifikasi, imajinasi, dan pengamatan. Itulah mengapa seleksi terhadap pengajar sangat diperlukan terutama ditingkat SD dan SMP. Para pengajar ini diharapkan tidak hanya memberi perintah pada pengetahuan dan kemampuan namun juga untuk memberikan contoh dan model kepada anak-anak tentang pelaksanaan moral dan karakter yang baik. Di dalam kelas dan seluruh lingkungan sekolah juga harus memberikan contoh nilai-nilai, kepercayaan, dan tingkah laku yang diharapkan oleh program IPS terefleksikan pada perilaku anak-anak yang mempelajarinya.
Ada suatu cerita tentang seseorang yang sangat menyukai drama ditahun 1776 mengenai pernyataan kemerdekaan dan membuatnya mengatakan bahwa seluruh orang Amerika harus dipaksa melihatnya. Hal terebut adalah contoh tidak konsisten, kita sering kali melihat praktek yang berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan. Apakah sesuai menggunakan metode yang tidak demokratis untuk meningkatkan nilai-nilai sosial dasar pada masyarakat demokratis? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut tergantung pada kematangan orang yang mempelajarinya.
Dalam lingkup akademis ada suatu prasangka terhadap penentangan indoktrinisasi. Istilah mendidik, adalah singkatan dari kata latin yang berarti meminjami atau mendesak untuk berbicara. Pendidikan adalah proses yang memaksa siswa untuk berbicara, bukanya menempatkan sesuatu kepada siswa. Indoktrinisasi dan memperbanyak adalah prosedur yang tidak dapat diterima pada proses mendidik yang sebenarnya, terutama untuk mendidik agar bisa hidup pada masyarakat demokratis dimana pilihan seorang individu menjadi sebuah nilai yang dihargai. Walaupun persepsi pendidikan ini kelihatan menarik dari sisi filosofi, namun tidak mudah untuk mengubahnya menjadi rencana pelaksanaan pendidikan karakter dan moral anak-anak.
Masalahnya adalah banyak hal yang dipertimbangkan dalam sosialisasi yang menjadi landasan pembangunan karakter dan pendidikan moral. Hal tersebut harus dilakukan sebelum anak-anak mampu memahami prinsip-prinsip moral. Mengajar perilaku normatif dan mengembangkan sensitivitas apa yang dilakukan itu benar atau salah sampai anak-anak tersebut mencapai usia memberikan alasan. Anak kecil tidak akan belajar bagaimana berlaku dan tidak akan belajar bagaimana menilai tindakan yang kurang pantas kecuali jika ada intervensi orang dewasa. Proses sosialisasi harus dimulai pada usia dini dan indoktrinisasi norma-norma tertentu tidak akan bisa dihindari. Guru atau orang tua harus menjaga anak-nak tersebut agar tidak terlalu berat dalam mendapatkan pengajaran sehingga tidak merusak proses tersebut diatas dan menjadi kritis. Ketika anak-anak tersebut menjadi dewasa mereka perlu mengembangkan beberapa rasa memiliki nilai-nilai sosial yang ditanamkan. Contoh, mereka perlu mengembangkan perilaku di dalam kelas, di sekolah, dan komunitasnya dimana mereka menjadi bagian didalamnya, oleh karena itu apa yang terjadi disana akan mempengaruhi mereka. Ketika mereka berbagi pengalaman tersebut dengan orang disekitarnya, mereka tidak cocok untuk memikirkan diri mereka sebagai orang luar. Pada tingkatan yang lebih tinggi anak-anak perlu berfikir dengan menggunakan alasan dan rasionalisasi agar mereka berkesempatan untuk memecahkan dilema moral yang sesuai dengan umur mereka. Pada akhirnya kita ingin anak-anak bersosialisasi dengan nilai-nilai sosial yang ada pada konsensus umum, pada saat yang bersamaan mengembangkan kapasitasnya untuk berfikir kritis.
Rencana Pembelajaran 2
Topic : Orang-orang Unggul
Kelas : Lima
Waktu : Variabel - 3 atau 5 jam pelajaran
Tujuan : Siswa akan mengembangakan kualitas dan ciri yang mengkarakteristikkan seseorang.
Pembangunan Keinginan : Menyuruh siswa membuat daftar sebanyak mungkin orang terkenal baik yang sudah meninggal atau belum. Kemudian mendiskusikan apa yang membuat mereka terkenal. Lakukan pengecekkan secara cepat tentang jumlah pilitisi, pahlawan perjuangan, olahragawan, dll. Buatlah siswa berspekulasi mengapa orang-orang tersebut menjadi terkenal sedangkan orang lain tidak. Katakan kepada seluruh siswa bahwa dalam beberapa hari mendatang mereka akan mempelajari ciri dan kualitas orang-orang terkenal tersebut dengan lebih mendalam.
Pengembangan Pelajaran : Pilihlah beragam pilihan biografi orang-orang unggul untuk siswa. Ajak siswa untuk membaca salah satu biografi tersebut. Setelah membaca pada minggu berikutnya siswa harus menjawap pertanyaan berikut:
1. Apa ang kamu kagumi dari orang tersebut?
2. Kualitas apa yang dimiliki orang tersebut yang membuat dia diperhatikan banyak orang?
3. Apa yang telah diperbuat sehingga menjadi terkenal?
Pada saat penulisan tugas ajak siswa mendiskusi pertanyaan tersebut dengan teman sekelasnya secara kelompok sebanyak orang. Suruh mereka menemukan kualitas atau ciri yang sama-sama dimiliki oleh orang-orang tersebut. Suruh siswa untuk mempresentasikan temuannya keseluruh kelas.
Ringkasan : Tulislah daftar kualitas 1 yang diterapkan kepada semua; 2 yang diterapkan kepada beberapa; 3 yang diterapkan kepada sedikit orang; 4 yang diterapkan tidak pada siapapun. Diskusikan alasan perbedaan. Kumpulkan reaksi setiap orang dalam hal bagaimana mereka bisa menerapkan beberapa kualitas tersebut dikehidupannya.
Bahan : Biografi orang-orang sukses dengan level bacaan yang sesai dengan kelas tersebut, lebih amannya dari perpustakaan sekolah.
Ide Pelajaran Tambahan
1. Populeran siswa dengan beberapa dongeng terkenal. Dalam kelompok 4 atau 5 orang mereka harus mendramatisasikan dongeng tersebut seperti aslinya. Kemudian ajak siswa untuk mengembangkan pementasan lain yang menggambarkan penerapan pesan yang ada pada dongeng dikehidupan modern. Diskusikan.
2. Ajak siswa untuk mengembangkan daftar kata-kat bijak. Tulis ulang kata bijak tersebut pada kartu indeks dan muat pada majalah dinding. (Contoh: „Paku yang menempel dipalu“, „batu yang menggelinding tidak mendapatkan moss“, „Ada asap pasti ada api“, „Ketika menarik rumput pastikan sampai ke akarnya“) ajak siswa untuk mendiskusikan temuan mereka yang menarik dan suruh mereka memberi contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hubungkan diskusi tersebut dengan nilai-nilai tertentu atau esan moral yang terkandung dalam kata-kata bijak.
KONTEKS PEMBELAJARAN
Ketika sampai pada pendidikan nilai, kepercayaan, moral dan karakter seorang anak maka kita tidak bisa lepas dari konteks sosial dan guru sebagai manusia. Materi pelajaran dan kemampuan bisa dipelajari secara efektif dengan membaca atau dengan komputer atau media canggih lain. Bekerja dengan teman sekelas dapat membuat siswa mencapai tujuan belajar akademis namun tidak secara kritis. Siswa yang tinggal di daerah terpencil mungkin bisa belajar di rumah dan belajar pelajaran dasar dan juga keterampilan. Namun jenis pembelajaran seperti yang ada pada Bab ini perlu untuk diajarkan oleh seseorang dan dipelajari di bawah situasi sosial yang telah diatur dengan dibimbing guru. Guru adalah orang yang bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan kelas yang bisa menanamkan nilai-nilai yang harus dipelajari siswa dan bertanggung jawab atas hubungan antar siswa di kelas agar saling menghormati dan menghargai serta memberikan contoh-contoh nilai-nilai demokratis yang dilakukan orang dewasa. Pengaturan sosial lingkungan kelas manjadi laboratorium nilai-nilai dan moral serta tempat pembentukan karakter siswa.
PERTANYAAN BAHAN DISKUSI DAN AKTIVITAS YANG DISARANKAN
1. Mengingat pengalaman IPS masa SD dan SMP, nilai-nilai apa yang ditekankan oleh guru kamu? Kegiatan apa yang kamu ingat dan berorientasi nilai apa? Aktivitas apa yang berguna untuk siswa sekarang? Mengapa?
2. Penggunaan drama seringkali dikritik atau konyol karena kegiatan tersebut tidak konsisten dengan misi sesungguhnya dari sekolah. Apakah dasar kritik tersebut? Diskusikan.
3. Pikirkan dunia dimana siswa kita tinggal sekarang ini, dapatkah kamu fikirkan situasi yang mungkin mereka hadapi atau alami baik yang bertentangan atau meningkatkan ciri karakter yang diberikan di program IPS? Implikasi apa yang terjadi pada guru sejauh yang kamu amati?
4. Periksalah buku rapor yang digunakan oleh sekolah yang ada didaerahmu. Bagaimana mereka melaporkan ke orang tua proses pembelajaran yang ada di Bab ini? Jika daftar ciri digunakan apakah iten tersebut dinyatakan secara positif atau negatif? Apakah menekankan pada pembangunan kenyamanan atau kemandirian?
5. Pilihlah buku non teks anak-anak yang mungkin sangat berguna untuk menggambarkan nilai-nilai umum. Jelakan mengapa kamu meilihnya. Kembangkan pertanyaan yang berorientasi pada nilai-nilai agar dijawab oleh siswa setelah membaca buku tersebut.
6. Mengapa orang tua seringkali bereaksi negatif ketika sekolah mengajarkan pembangunan nilai-nilai personal? Sarankan sebuah panduan yang bisa digunakan oleh guru untuk menangani nilai-nilai personal sehingga bisa diterima secara etis dan akademis.
7. Nilai-nilai apa yang dikenalkan ketika siswa melakukan aktivitas yang menyimbolkan patriotisme seperti Sumpah Kesetiaan? Apa keuntungan dan batasan latihan penggunaan simbol untuk mengenalkan nilai-nilai.
8. Indikator apa yang mungkin digunakan guru untuk menentukan apakah pekerjaannya dalam hal pendidikan karakter dan moral siswa efektif atau tdak? Apakah untuk tingkat/kelas ini kamu mempunyai keinginan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar